REMAJA
GAUL MENGIDOLAKAN ARTIS
Artis memang menjadi
suatu fenomena tersendiri bagi remaja, meskipun banyak pula ibu-ibu yang
menyukainya. Tayangan TV yang menayangkan kisah selebritis menjadi tayangan
favorit yang menduduki rating teratas. Demikian pula dengan sinetron-sinetron
percintaan. Penggemarnya antara lain adalah para remaja yang seleb mania. Padahal
dengan adanya adab dan etika, jika dicermati dengan logika
yang sehat, bertujuan untuk menyelamatkan harkat dan martabat yang
bersangkutan. Misalnya saja dengan adanya adab ketika seseorang beranjak dari
masa kanak-kanak meningkat (menuju usia) ke masa remaja. Maka jika seorang
remaja benar-benar menurut apa yang sudah menjadi adab dan etikanya, niscaya
dirinya akan menjadi remaja yang berkualitas tinggi, terutama dilihat dari segi
moral dan akhlaknya.
Lantas apa sih sebenarnya selebritis
itu …? mengapa profesi artis demikian di incar oleh sebagian besar remaja baik
di Indonesia maupun di manca negara. Demikian besar obsesi para remaja, terutama
yang merasa mempunyai modal kecengan lumayan, hingga usaha mereka untuk
mewujudkan obsesinya itu, melalui berbagai cara. Jika cara halal menemui jalan
buntu, maka jalan remang-remang pun ditempuhnya. Itulah para remaja yang telah
keranjingan seleb mania.
Seleb berarti ternama, kesohor, atau
figur. Selebritis berarti orang ternama, kesohor atau yang dijadikan figur.
Seleb mania berarti pengagum berat tokoh-tokoh ternama tersebut. Tokoh ternama
yang dimaksud adalah artis atau mereka yang terjun di dunia hiburan baik
sebagai penyanyi, bintang film/sinetron, foto model, peragawati, atau presenter
dunia hiburan.
Seleb mania, kultisme atau kekaguman
yang berlebihan terhadap artis sudah menjadi wabah penyakit baru dikalangan
para remaja modern. Para remaja dengan tanpa melihat moral artis, tetap saja
tergila-gila dengan sosok artis idolanya. Bahkan tak terbatas sampai di sana,
mereka pun berlomba meniru artis pujaannya.
Dunia artis adalah dunia glamour. Di
sanalah berpusat atas segala kebobrokan moral. Mulai dari penyalahgunaan obat
terlarang, minuman keras, seks bebas dan penyelewengan terhadap berbagai norma
agama lainnya. Sebagai sosok glamour, artis memang bisa berbuat apa saja dengan
limpahan uang yang diperolehnya, bahkan jika perlu hukum pun bisa dibeli. Maka
bagaimana jadinya jika sosok seperti ini dijadikan idola remaja. Tak heran lagi
jika berbagai bentuk kejahatan seks dan penyalanggunaan obat terlarang
merajalela karena memang remaja kita berguru pada para penjahat (artis)
tersebut.
Artis di zaman modern telah berubah
menjadi nabi baru. Segala ucapan dan gerak langkah mereka menjadi panutan.
Simak bagaimana enaknya masyarakat menirukan gaya berbicara artis dalam iklan.
Atau bagaimana ia menirukan cara artis berpakaian. Tak jarang sekali mereka
berbuat seperti halnya artis berakting, membunuh, mencaci, memfitnah, berkelahi
dan berhubungan badan.
Kita bisa melihat begitu hebatnya
pengaruh para artis di kalangan generasi muda. Sehingga tatkala seorang artis
mancanegara datang ke Indonesia, mereka rela mengantri ber jam-jam hanya untuk
melihat artis pujaannya itu. Bahkan tak jarang sekali mereka menangis histeris
tatkala artis yang dipujanya itu terlihat dengan mata kepala sendiri. Sebagian
dari mereka berlari sambil berteriak mengejar artis idolanya itu dan sebagian
lagi jatuh pingsan.
Apa sebenarnya yang mereka cari-cari?.
Hanya kepuasan semu belaka yang mereka temukan. Secara akal sehat, yang mereka
dapatkan hanyalah kerugian materi, waktu dan tenaga. Tak lebih!
Fakta telah membuktikan bahwa demi
artis pujaannya, remaja sepertinya rela mengorbankan apa saja, bahkan nyawa
sekalipun. Lihat saja pada konser sebuah Band yang sedang naik daun, bahkan
merupakan Band papan atas. Saking banyaknya fans yang ingin nonton konser itu
dari dekat, maka tak pelak lagi beberapa orang remaja pun menjadi korban. Nyawa
melayang demi artis yang dipujanya. Jika sudah begini, apa mereka tidak mati
konyol namanya? nyawa tak sebanding dengan apa yang dikorbankan! hanya seorang
artis yang tidak jelas moral dan akhlaknya!
Benar apa yang dikhawatirkan oleh
Bryan S.Turner, seorang Guru Besar pada Universitas Flinders, Australia ketika
ia mengomentari gagasan pasca modernisme, Akbar S. Ahmad, bahwa ancaman
terhadap Islam bukan datang dari warisan Yesus, melainkan dari warisan Madonna.
"Pengikisan diam-diam terhadap 'narasi besar' mungkin akan lebih serius
terjadi lewat TV komersial, MTV, Video, Headset, dan globalisasi catwalk.
Demikian Turner.
Demikianlah adanya. Dunia modern
tengah mengalami ancaman degradasi moral secara global. Generasi muda yang
terbatas pada generasi Islam saja tengah dihadapkan pada penghancuran moral
besar-besaran. Mereka memuja para artis dengan tidak mengindahkan dari sisi
moral artis tersebut. Dunia modern telah mendesain sedemikian rupa agar artis
dapat dijadikan idola remaja yang pada gilirannya artis tersebut digunakan
untuk model iklan tertentu. Secara otomatis iklan yang dibintangi oleh artis
tersebut akan laris di pasaran dan menjadi trend dikalangan para remaja.
Disisi lain, nyaris tidak ada satu media
pun yang bisa menjadi pembanding dari semua itu. Tidak ada media TV yang secara
khusus memberikan cerita kepahlawanan yang benar terhadap remaja. Umpamanya
bagaimana kegigihan pahlawan-pahlawan Islam membela kebenaran. Yang ada justru
dari hari ke hari dunia artis makin digembar-gemborkan dan remaja kita pun
makin di ninabobokan.
Jika remaja sekarang di ninabobokan
oleh fenomena artis hingga mereka menjadi seleb mania, kemudian melupakan
tokoh-tokoh Islam yang seharusnya lebih mereka idolakan, maka apa yang harus
kita perbuat? sedangkan remaja masa kini sudah terkondisikan untuk menjadi
seleb mania semenjak bayi.
Lihat saja ibu-ibu mereka, kakak-kakak
mereka demikian histerisnya terhadap selebritis. Lalu meluncurlah dongeng dari
mulut-mulut ibu-ibu mereka tentang kecantikan seorang artis, hobinya,
problem-problemnya, keuntungannya beserta aib-aibnya. Remaja masa kini yang
ketika itu masih kecil, yang kelihatannya Cuma bengong mendapat BETIS (BErita
SelebriTIS), namun dalam memori mereka mulai dimasuki dunia yang lain, yang
belum semestinya masuk dalam memori otak mereka yang masih bersih. Karena
setiap hari dijejali oleh berbagai berita omprengan semacam itu, artis
melulu…artis melulu…maka setelah besar nanti dia akan menjadi remaja 'seleb
mania'.
Padahal cukup banyak seharusnya yang
bisa di dongengkan, dan dipatrikan ke memori anak-anak kecil. Ketauhidan
misalnya, atau kisah sedih keyatiman Rasulullah SAW. diwaktu kecil, atau
tokoh-tokoh idola lainnya yang bisa membuat seorang anak kecil memfantasikan imajinasinya
ke alam kepahlawanan, pembela kebenaran dan yang paling penting inti dari kisah
tersebut adalah tertanamnya ketauhidan dalam dada si anak, sehingga setelah
besarnya tidak goyah oleh doktrin apapun di luar Islam.
Jika sebuah keluarga tidak menginginkan
anak remajanya menjadi seleb mania, maka ibu lah yang menjadi juru kuncinya.
Biasanya seorang anak akan lebih dekat dengan ibunya. Ibunyalah yang
mengarahkan menjadi A atau B nya si anak. Jika ibunya histeris dengan
selebritis, maka anak manisnya kelak akan berpotensi menjadi seleb mania.
Dengan fenomenalnya seleb mania oleh
remaja-remaja gaul, maka tidak ada salahnya jika sebagai orang tua, harus
sebisa mungkin dapat membangkitkan gairah remaja terhadap siroh-siroh
nabawiyah. Karena remaja Islam yang sesungguhnya, mempunyai idola yang sangat
pantas ditiru segala tingkah lakunya. Yakni Nabi besar Muhammad SAW. Tanamkan
dalam diri remaja bahwa idola yang sesungguhnya adalah Rasulullah SAW, bukan
para selebritis.
Sumber
: Faruq Al Farabi, Buku Remaja Gaul Kebablasan, Penerbit Lintas Media
Jombang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
"Silahkan Jika Anda Ingin Memberikan Komentar, Namun Tolong Gunakan Bahasa Yang Sopan"