Administrasi Guru PAI Administrasi Guru Produktif Downloads Renungan

Sabtu, 05 Mei 2012

Remaja Gaul Mengidolakan Artis

 REMAJA GAUL MENGIDOLAKAN ARTIS

Artis memang menjadi suatu fenomena tersendiri bagi remaja, meskipun banyak pula ibu-ibu yang menyukainya. Tayangan TV yang menayangkan kisah selebritis menjadi tayangan favorit yang menduduki rating teratas. Demikian pula dengan sinetron-sinetron percintaan. Penggemarnya antara lain adalah para remaja yang seleb mania. Padahal  dengan  adanya adab dan etika, jika dicermati dengan logika yang sehat, bertujuan untuk menyelamatkan harkat dan martabat yang bersangkutan. Misalnya saja dengan adanya adab ketika seseorang beranjak dari masa kanak-kanak meningkat (menuju usia) ke masa remaja. Maka jika seorang remaja benar-benar menurut apa yang sudah menjadi adab dan etikanya, niscaya dirinya akan menjadi remaja yang berkualitas tinggi, terutama dilihat dari segi moral dan akhlaknya.
Lantas apa sih sebenarnya selebritis itu …? mengapa profesi artis demikian di incar oleh sebagian besar remaja baik di Indonesia maupun di manca negara. Demikian besar obsesi para remaja, terutama yang merasa mempunyai modal kecengan lumayan, hingga usaha mereka untuk mewujudkan obsesinya itu, melalui berbagai cara. Jika cara halal menemui jalan buntu, maka jalan remang-remang pun ditempuhnya. Itulah para remaja yang telah keranjingan seleb mania.

Seleb berarti ternama, kesohor, atau figur. Selebritis berarti orang ternama, kesohor atau yang dijadikan figur. Seleb mania berarti pengagum berat tokoh-tokoh ternama tersebut. Tokoh ternama yang dimaksud adalah artis atau mereka yang terjun di dunia hiburan baik sebagai penyanyi, bintang film/sinetron, foto model, peragawati, atau presenter dunia hiburan.

Seleb mania, kultisme atau kekaguman yang berlebihan terhadap artis sudah menjadi wabah penyakit baru dikalangan para remaja modern. Para remaja dengan tanpa melihat moral artis, tetap saja tergila-gila dengan sosok artis idolanya. Bahkan tak terbatas sampai di sana, mereka pun berlomba meniru artis pujaannya.

Dunia artis adalah dunia glamour. Di sanalah berpusat atas segala kebobrokan moral. Mulai dari penyalahgunaan obat terlarang, minuman keras, seks bebas dan penyelewengan terhadap berbagai norma agama lainnya. Sebagai sosok glamour, artis memang bisa berbuat apa saja dengan limpahan uang yang diperolehnya, bahkan jika perlu hukum pun bisa dibeli. Maka bagaimana jadinya jika sosok seperti ini dijadikan idola remaja. Tak heran lagi jika berbagai bentuk kejahatan seks dan penyalanggunaan obat terlarang merajalela karena memang remaja kita berguru pada para penjahat (artis) tersebut.

Artis di zaman modern telah berubah menjadi nabi baru. Segala ucapan dan gerak langkah mereka menjadi panutan. Simak bagaimana enaknya masyarakat menirukan gaya berbicara artis dalam iklan. Atau bagaimana ia menirukan cara artis berpakaian. Tak jarang sekali mereka berbuat seperti halnya artis berakting, membunuh, mencaci, memfitnah, berkelahi dan berhubungan badan.

Kita bisa melihat begitu hebatnya pengaruh para artis di kalangan generasi muda. Sehingga tatkala seorang artis mancanegara datang ke Indonesia, mereka rela mengantri ber jam-jam hanya untuk melihat artis pujaannya itu. Bahkan tak jarang sekali mereka menangis histeris tatkala artis yang dipujanya itu terlihat dengan mata kepala sendiri. Sebagian dari mereka berlari sambil berteriak mengejar artis idolanya itu dan sebagian lagi jatuh pingsan.

Apa sebenarnya yang mereka cari-cari?. Hanya kepuasan semu belaka yang mereka temukan. Secara akal sehat, yang mereka dapatkan hanyalah kerugian materi, waktu dan tenaga. Tak lebih!

Fakta telah membuktikan bahwa demi artis pujaannya, remaja sepertinya rela mengorbankan apa saja, bahkan nyawa sekalipun. Lihat saja pada konser sebuah Band yang sedang naik daun, bahkan merupakan Band papan atas. Saking banyaknya fans yang ingin nonton konser itu dari dekat, maka tak pelak lagi beberapa orang remaja pun menjadi korban. Nyawa melayang demi artis yang dipujanya. Jika sudah begini, apa mereka tidak mati konyol namanya? nyawa tak sebanding dengan apa yang dikorbankan! hanya seorang artis yang tidak jelas moral dan akhlaknya!

Benar apa yang dikhawatirkan oleh Bryan S.Turner, seorang Guru Besar pada Universitas Flinders, Australia ketika ia mengomentari gagasan pasca modernisme, Akbar S. Ahmad, bahwa ancaman terhadap Islam bukan datang dari warisan Yesus, melainkan dari warisan Madonna. "Pengikisan diam-diam terhadap 'narasi besar' mungkin akan lebih serius terjadi lewat TV komersial, MTV, Video, Headset, dan globalisasi catwalk. Demikian Turner.

Demikianlah adanya. Dunia modern tengah mengalami ancaman degradasi moral secara global. Generasi muda yang terbatas pada generasi Islam saja tengah dihadapkan pada penghancuran moral besar-besaran. Mereka memuja para artis dengan tidak mengindahkan dari sisi moral artis tersebut. Dunia modern telah mendesain sedemikian rupa agar artis dapat dijadikan idola remaja yang pada gilirannya artis tersebut digunakan untuk model iklan tertentu. Secara otomatis iklan yang dibintangi oleh artis tersebut akan laris di pasaran dan menjadi trend dikalangan para remaja.

Disisi lain, nyaris tidak ada satu media pun yang bisa menjadi pembanding dari semua itu. Tidak ada media TV yang secara khusus memberikan cerita kepahlawanan yang benar terhadap remaja. Umpamanya bagaimana kegigihan pahlawan-pahlawan Islam membela kebenaran. Yang ada justru dari hari ke hari dunia artis makin digembar-gemborkan dan remaja kita pun makin di ninabobokan.

Jika remaja sekarang di ninabobokan oleh fenomena artis hingga mereka menjadi seleb mania, kemudian melupakan tokoh-tokoh Islam yang seharusnya lebih mereka idolakan, maka apa yang harus kita perbuat? sedangkan remaja masa kini sudah terkondisikan untuk menjadi seleb mania semenjak bayi.

Lihat saja ibu-ibu mereka, kakak-kakak mereka demikian histerisnya terhadap selebritis. Lalu meluncurlah dongeng dari mulut-mulut ibu-ibu mereka tentang kecantikan seorang artis, hobinya, problem-problemnya, keuntungannya beserta aib-aibnya. Remaja masa kini yang ketika itu masih kecil, yang kelihatannya Cuma bengong mendapat BETIS (BErita SelebriTIS), namun dalam memori mereka mulai dimasuki dunia yang lain, yang belum semestinya masuk dalam memori otak mereka yang masih bersih. Karena setiap hari dijejali oleh berbagai berita omprengan semacam itu, artis melulu…artis melulu…maka setelah besar nanti dia akan menjadi remaja 'seleb mania'.

Padahal cukup banyak seharusnya yang bisa di dongengkan, dan dipatrikan ke memori anak-anak kecil. Ketauhidan misalnya, atau kisah sedih keyatiman Rasulullah SAW. diwaktu kecil, atau tokoh-tokoh idola lainnya yang bisa membuat seorang anak kecil memfantasikan imajinasinya ke alam kepahlawanan, pembela kebenaran dan yang paling penting inti dari kisah tersebut adalah tertanamnya ketauhidan dalam dada si anak, sehingga setelah besarnya tidak goyah oleh doktrin apapun di luar Islam.

Jika sebuah keluarga tidak menginginkan anak remajanya menjadi seleb mania, maka ibu lah yang menjadi juru kuncinya. Biasanya seorang anak akan lebih dekat dengan ibunya. Ibunyalah yang mengarahkan menjadi A atau B nya si anak. Jika ibunya histeris dengan selebritis, maka anak manisnya kelak akan berpotensi menjadi seleb mania.

Dengan fenomenalnya seleb mania oleh remaja-remaja gaul, maka tidak ada salahnya jika sebagai orang tua, harus sebisa mungkin dapat membangkitkan gairah remaja terhadap siroh-siroh nabawiyah. Karena remaja Islam yang sesungguhnya, mempunyai idola yang sangat pantas ditiru segala tingkah lakunya. Yakni Nabi besar Muhammad SAW. Tanamkan dalam diri remaja bahwa idola yang sesungguhnya adalah Rasulullah SAW, bukan para selebritis.

Sumber : Faruq Al Farabi, Buku Remaja Gaul Kebablasan, Penerbit Lintas Media Jombang


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

"Silahkan Jika Anda Ingin Memberikan Komentar, Namun Tolong Gunakan Bahasa Yang Sopan"