PERGAULAN
REMAJA ZAMAN MODERN
Zaman
sekarang, orang sering menyebutnya dengan zaman edan. Sebab zaman sekarang
segalanya seolah-olah musti diperebutkan, dipersaingkan, bahkan kalau dengan
cara legal tidak mampu, dengan cara apapun dihalalkan. Era modern ....
demikianlah orang-orang menyebut zaman penuh dengan propagandanya telah meluluh
lantakkan nilai-nilai moral di seluruh dunia.
Remaja digiring
pada nilai-nilai moral di seluruh dunia. Remaja digiring pada nilai-nilai
materialisme yang menjunjung tinggi hedoisme tanpa melibatkan nilai-nilai
agama. Akibatnya muncul euforia sekularis yakni tergila-gila pada materi dan
menjadikan uang adalah segala-galanya. Dan pada akhirnya terjadilah pemujaan
terhadap uang bahkan menganggap uang sebagai Tuhan.
Tentu tidak hanya
itu pengaruh pergaulan di zaman edan ini. Setiap hari remaja-remaja di seluruh
dunia histeris memuja-muja sosok artis. Pengidolaan yang begitu tinggi terhadap
sosok artis, menjadikan seolah-olah, mereka telah menjelma menjadi nabi. Dimana
para pemujanya tidak menfilter lagi mana yang negatif dan positif dari tingkah
laku artis idolanya. Padahal artis juga manusia, bukan malaikat yang tak pernah
berbuat salah.
Kehidupan glamour
artis-artis itu telah memberikan inspirasi bahwa materi adalah segala-galanya.
Artis adalah simbol kesejahteraan, kebahagiaan dan sumber rujukan moral. Status
sosial mereka di mata remaja modern begitu tinggi.
Remaja seperti ini, yang terkena
fanatisme buta terhadap para artis idolanya. Padahal untuk menuju menjadi seperti
mereka (artis) sangatlah jauh. Sehingga angan-angan mereka hanya menjadi
angan-angan kosong belaka, bagai pungguk merindukan bulan. Angan-angan remaja
yang seperti ini digambarkan oleh Allah dalam Al-Qur’an sebagai angan-angan
orang-orang yang sangat merugi :
Artinya : “Biarkanlah
mereka (di dunia ini) makan dan bersenang-senang dan dilalaikan oleh
angan-angan (kosong), maka kelak mereka akan mengetahui (akibat perbuatan
mereka).” (QS.Al-Hijr : 3)
Sementara itu dalam
kehidupan nyata, hidup begitu sulit. Jangankan membeli mobil dan rumah mewah
seperti halnya artis-artis itu, sekedar isi perut pun harus banting tulang.
Bagi remaja yang tidak mau melihat realitas ini, memilih jalan pintas.
Merebaklah berbagai kejahatan; pencurian, perampokan, penjarahan, penjambretan
dan lain-lain menjadi pemandangan yang kita saksikan tiap hari. Itulah jalan
pintas.
Mereka tidak bisa
meniru gaya artis idola secara keseluruhan sebab keterbatasannya, maka
ditirulah yang sekiranya mampu dan tidak banyak memakan biaya. Contohnya dapat
kita lihat, dan ini sudah menjadi gaya khas remaja masa kini penglihatan mata
kita akan remaja-remaja yang memaksakan diri bergaya ala artis. Mereka baju
ketat mereka, jeans ketat lagi belel, kacamata gaul, parfum yang menyengat
hidung, perias wajah tak bermerek yang menor, tas, sepatu, dan lain-lain yang
kesemuanya seadanya alias tak bermerek.
Adapun para remaja
borjuis yang bapaknya berkantong tebal, maka produk baratlah yang menjadi
pilihannya. Sementara mereka tidak mau tahu, yang mereka tempel-tempelkan dan
semprot-semprotkan ke tubuh mereka adalah produk orang-orang kafir yang
notabenenya Yahudi. Jadilah mereka seperti menyumbang musuh untuk membunuh
saudara mereka sendiri. Dan lebih dari itu, jadilah mereka remaja imitasi yang
hidup di dunia mimpi. Belum lagi banyaknya remaja yang berperilaku tidak
senonoh hanya karena ingin diakui sebagai pengikut artis tertentu. Sok jago,
serasa jadi pahlawan, dan beringas mencontoh aktor laga pujaannya.
Berbagai perilaku
diatas hakikatnya ekspresi dari ketegangan, depresi atau stress berat
mengahadapi kenyataan yang tidak sesuai dengan harapan. Secara psikologis, para
remaja-remaja itu tengah sakit keras. Mereka tidak bisa menerima kenyataan apa
adanya. Mereka terdorong untuk mengambil jalan pintas. Prinsipnya, asal gue
senang.
Sementara para
kriminolog menyebut periode yang tengah kita hadapi sebagai periode
eksploitatif dan pemerasan terorganisir serta sebagai periode komersialisasi
kriminalitas. Di kota-kota besar hal itu ditandai oleh hal-hal sensasional,
agresivitas, ketidak stabilan dan ketidak amanan. Iklim sosial selalu diliputi
suasana kecurigaan, kebencian, kekerasan, dan persaingan ketat sehingga
kota-kota menjadi pusat ketidak sesuaian yang ganda bagi penduduknya.
Hal itu sebagai
akibat industrialisasi, mekanisasi, modernisasi yang serba radikal yang
menyebabkan masyarakat banyak yang merasakan siksaan batin, kebisingan, polusi
udara, dan beban hidup yang menegangkan. Yang mereka inginkan pun kadang
hal-hal yang lebih kaya, lebih baru, lebih besar, dan lebih berkuasa lagi
sebagai akibat persaingan yang ketat dan pola hidup yang konsumeris.
Lengkaplah sudah
dunia ini dipenuhi mode-mode jahiliyyah yang mengusung kebebasan berpikir dan
berperilaku yang steril dari nilai-nilai Islam. Ironisnya, kemunduran ini
mereka sebut kemajuan. Pamer aurat dianggap seni. Perzinaan dianggap zamannya
dan pembunuhan janin (aborsi) dianggap hak asasi. Maka lahirlah generasi
instan, yaitu generasi yang tidak memiliki kepedulian terhadap moral. Yang
mereka pikirkan hanya kenikmatan sesaat walaupun harus merugikan orang lain.
Harus kita akui,
bahwa pergaulan remaja di zaman modern sekarang ini, sudah merembet pula pada
remaja-remaja Islam. Mereka sudah terseret pergaulan yang mereka anggap modern.
Padahal mereka tidak menyadari lakon seperti apa yang sedang mereka mainkan
sekarang. Maka yang paling baik adalah kembali dan berkiblat pada tokoh idola
yang sebenarnya di dunia dan di akhirat, yakni Rasulullah Saw. karena beliaulah
sebenarnya tokoh kita yang paling benar.
Sumber
: Faruq Al Farabi, Buku Remaja Gaul Kebablasan, Penerbit Lintas Media
Jombang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
"Silahkan Jika Anda Ingin Memberikan Komentar, Namun Tolong Gunakan Bahasa Yang Sopan"