Administrasi Guru PAI Administrasi Guru Produktif Downloads Renungan

Sabtu, 05 Mei 2012

Pergaulan Remaja Zaman Modern

PERGAULAN REMAJA ZAMAN MODERN

Zaman sekarang, orang sering menyebutnya dengan zaman edan. Sebab zaman sekarang segalanya seolah-olah musti diperebutkan, dipersaingkan, bahkan kalau dengan cara legal tidak mampu, dengan cara apapun dihalalkan. Era modern .... demikianlah orang-orang menyebut zaman penuh dengan propagandanya telah meluluh lantakkan nilai-nilai moral di seluruh dunia.
Remaja digiring pada nilai-nilai moral di seluruh dunia. Remaja digiring pada nilai-nilai materialisme yang menjunjung tinggi hedoisme tanpa melibatkan nilai-nilai agama. Akibatnya muncul euforia sekularis yakni tergila-gila pada materi dan menjadikan uang adalah segala-galanya. Dan pada akhirnya terjadilah pemujaan terhadap uang bahkan menganggap uang sebagai Tuhan.

Tentu tidak hanya itu pengaruh pergaulan di zaman edan ini. Setiap hari remaja-remaja di seluruh dunia histeris memuja-muja sosok artis. Pengidolaan yang begitu tinggi terhadap sosok artis, menjadikan seolah-olah, mereka telah menjelma menjadi nabi. Dimana para pemujanya tidak menfilter lagi mana yang negatif dan positif dari tingkah laku artis idolanya. Padahal artis juga manusia, bukan malaikat yang tak pernah berbuat salah.

Kehidupan glamour artis-artis itu telah memberikan inspirasi bahwa materi adalah segala-galanya. Artis adalah simbol kesejahteraan, kebahagiaan dan sumber rujukan moral. Status sosial mereka di mata remaja modern begitu tinggi.

Remaja seperti ini, yang terkena fanatisme buta terhadap para artis idolanya. Padahal untuk menuju menjadi seperti mereka (artis) sangatlah jauh. Sehingga angan-angan mereka hanya menjadi angan-angan kosong belaka, bagai pungguk merindukan bulan. Angan-angan remaja yang seperti ini digambarkan oleh Allah dalam Al-Qur’an sebagai angan-angan orang-orang yang sangat merugi :

Artinya : “Biarkanlah mereka (di dunia ini) makan dan bersenang-senang dan dilalaikan oleh angan-angan (kosong), maka kelak mereka akan mengetahui (akibat perbuatan mereka).” (QS.Al-Hijr : 3)

Sementara itu dalam kehidupan nyata, hidup begitu sulit. Jangankan membeli mobil dan rumah mewah seperti halnya artis-artis itu, sekedar isi perut pun harus banting tulang. Bagi remaja yang tidak mau melihat realitas ini, memilih jalan pintas. Merebaklah berbagai kejahatan; pencurian, perampokan, penjarahan, penjambretan dan lain-lain menjadi pemandangan yang kita saksikan tiap hari. Itulah jalan pintas.

Mereka tidak bisa meniru gaya artis idola secara keseluruhan sebab keterbatasannya, maka ditirulah yang sekiranya mampu dan tidak banyak memakan biaya. Contohnya dapat kita lihat, dan ini sudah menjadi gaya khas remaja masa kini penglihatan mata kita akan remaja-remaja yang memaksakan diri bergaya ala artis. Mereka baju ketat mereka, jeans ketat lagi belel, kacamata gaul, parfum yang menyengat hidung, perias wajah tak bermerek yang menor, tas, sepatu, dan lain-lain yang kesemuanya seadanya alias tak bermerek.

Adapun para remaja borjuis yang bapaknya berkantong tebal, maka produk baratlah yang menjadi pilihannya. Sementara mereka tidak mau tahu, yang mereka tempel-tempelkan dan semprot-semprotkan ke tubuh mereka adalah produk orang-orang kafir yang notabenenya Yahudi. Jadilah mereka seperti menyumbang musuh untuk membunuh saudara mereka sendiri. Dan lebih dari itu, jadilah mereka remaja imitasi yang hidup di dunia mimpi. Belum lagi banyaknya remaja yang berperilaku tidak senonoh hanya karena ingin diakui sebagai pengikut artis tertentu. Sok jago, serasa jadi pahlawan, dan beringas mencontoh aktor laga pujaannya.

Berbagai perilaku diatas hakikatnya ekspresi dari ketegangan, depresi atau stress berat mengahadapi kenyataan yang tidak sesuai dengan harapan. Secara psikologis, para remaja-remaja itu tengah sakit keras. Mereka tidak bisa menerima kenyataan apa adanya. Mereka terdorong untuk mengambil jalan pintas. Prinsipnya, asal gue senang.

Sementara para kriminolog menyebut periode yang tengah kita hadapi sebagai periode eksploitatif dan pemerasan terorganisir serta sebagai periode komersialisasi kriminalitas. Di kota-kota besar hal itu ditandai oleh hal-hal sensasional, agresivitas, ketidak stabilan dan ketidak amanan. Iklim sosial selalu diliputi suasana kecurigaan, kebencian, kekerasan, dan persaingan ketat sehingga kota-kota menjadi pusat ketidak sesuaian yang ganda bagi penduduknya.

Hal itu sebagai akibat industrialisasi, mekanisasi, modernisasi yang serba radikal yang menyebabkan masyarakat banyak yang merasakan siksaan batin, kebisingan, polusi udara, dan beban hidup yang menegangkan. Yang mereka inginkan pun kadang hal-hal yang lebih kaya, lebih baru, lebih besar, dan lebih berkuasa lagi sebagai akibat persaingan yang ketat dan pola hidup yang konsumeris.

Lengkaplah sudah dunia ini dipenuhi mode-mode jahiliyyah yang mengusung kebebasan berpikir dan berperilaku yang steril dari nilai-nilai Islam. Ironisnya, kemunduran ini mereka sebut kemajuan. Pamer aurat dianggap seni. Perzinaan dianggap zamannya dan pembunuhan janin (aborsi) dianggap hak asasi. Maka lahirlah generasi instan, yaitu generasi yang tidak memiliki kepedulian terhadap moral. Yang mereka pikirkan hanya kenikmatan sesaat walaupun harus merugikan orang lain.

Harus kita akui, bahwa pergaulan remaja di zaman modern sekarang ini, sudah merembet pula pada remaja-remaja Islam. Mereka sudah terseret pergaulan yang mereka anggap modern. Padahal mereka tidak menyadari lakon seperti apa yang sedang mereka mainkan sekarang. Maka yang paling baik adalah kembali dan berkiblat pada tokoh idola yang sebenarnya di dunia dan di akhirat, yakni Rasulullah Saw. karena beliaulah sebenarnya tokoh kita yang paling benar.

Sumber : Faruq Al Farabi, Buku Remaja Gaul Kebablasan, Penerbit Lintas Media Jombang


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

"Silahkan Jika Anda Ingin Memberikan Komentar, Namun Tolong Gunakan Bahasa Yang Sopan"