10 Nama Sahabat Rasulullah Saw.
2. Umar bin Khattab ra. 7. Abdurrahman bin Auf ra.
3. Utsman bin Affan ra. 8. Sa'ad bin Abi Waqqash ra.
4. Ali bin Abi Thalib ra. 9. Said bin Zaid ra.
5. Thalhah bin 'Ubaidillah ra. 10. Abu "ubaidah bin Jarrah ra.
1) Abu Bakar Ash-Shiddiq ra. (Pendamping Rasulullah SAW. yang ikhlas dan rendah hati)
Abu Bakar Ash-Shiddiq ra. adalah
seorang pedagang yang kaya raya. Ia orang yang terhormat, baik, ramah, lembut,
rendah hati, pandai bergaul, dan tak pernah berbohong. Saat Rasulullah SAW. mengajaknya untuk masuk Islam, Abu
Bakar langsung menyambutnya. Abu Bakar merupakan sahabat Rasulullah SAW. yang
pertama masuk Islam.
Kalau ada yang memujinya, Abu Bakar
biasanya berkata, “Ya Allah, Engkau lebih mengetahui tentang diriku yang
sebenarnya.”
Diantara sahabat Rasulullah SAW. Abu
Bakar memang sangat dikenal karena keikhlasannya. Ia menyerahkan seluruh
hidupnya untuk Allah dan Rasul-Nya. Seluruh hartanya ia sedekahkan untuk
perjuangan Islam. Rasulullah SAW. pernah menanyakan sikapnya ini, “Wahai Abu
Bakar, harta apa yang kamu tingggalkan untuk keluargamu?”
Abu Bakar menjawab, “Untuk
mereka, aku tinggalkan Allah dan Rasul-Nya.
Kecintaaan Abu Bakar kepada Rasulullah
SAW. sangatlah besar. Ia selalu melindungi Rasulullah dan tak pernah rela bila
Rasulullah SAW. terluka.
Saat perang Badar, Rasulullah SAW.
terlihat cemas. Beliau berdo’a, “Ya Allah, jika Engkau binasakan kami, maka
Engkau tidak akan disembah lagi dimuka bumi.”
Melihat kecemasan Rasulullah, Abu
Bakar langsung menghampiri dan berkata, “Ya Rasulullah, tenangkan dirimu dan
mantapkan hatimu. Sesungguhnya Allah pasti akan menepati janji-Nya.”
Hati Rasulullah SAW. pun menjadi
tenang dan mantap. Begitulah sifat Abu Bakar. Ia orang yang mulia dan baik
hati. Rasulullah SAW. memberinya gelar: Ash-Shiddiq, orang yang selalu berkata
benar.[]
2)
Umar
bin Khattab ra. (Si Pemberani yang paling ditakuti)
Saat masih kecil Umar bin Khattab
ra. sering mengembala domba milik ayahnya. Ia memiliki sifat pemberani, tegas,
pandai, adil, dan bijaksana.
Sebelum masuk Islam, Umar dikenal
sebagai musuh yang paling ditakuti oleh kaum muslimin. Rasulullah SAW. sangat
berharap dan selalu berdo’a kepada Allah SWT., agar Umar segera masuk Islam.
Rasulullah SAW. yakin, sosok Umar akan mendorong kejayaan umat Islam.
Masuk Islamnya Umar diawali dengan
sebuah peristiwa yang luar biasa. Saat itu ia sangat marah dengan Rasullullah
SAW. dan menganggap bahwa Rasulullah SAW. telah memecah belah kaum Quraisy.
Dengan marah, Umar pun mencari
Rasulullah. Namun, di perjalanan ia bertemu dengan Nu’aim yang mengatakan bahwa
anggota keluarga Umar sendiri telah masuk Islam.
Mendengar hal tersebut, Umar makin
marah dan langsung mengubah tujuannya. Ia pergi ke rumah Said bin Zaid dan
Fatimah, saudari kandungnya. Sampai di rumah Said, Umar mendengar Khabbab bin
Aratt sedang membaca Al-Qur’an.
“Bacaan apa yang aku dengar ini?” tanya Umar.
Seluruh orang yang berada disana
saat itu, langsung terkejut.
“Aku mendengar kabar bahwa kalian
telah masuk Islam!”
teriak Umar yang seketika menyerang Said bin Zaid.
Melihat Said dianiaya, Fatimah
segera berkata dengan gagah berani, “Ýa, benar! Demi Allah, kami berdua
memang telah masuk Islam. Kami telah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya,
Muhammad SAW. kini kau sudah tahu. Sekarang perlakukanlah kami sesuka hatimu.”
Saat melihat darah mengucur di
kepala Said, Umar langsung merasa menyesal. “Kalau begitu, berikan padaku
bacaan yang tadi aku dengar. Aku akan pelajari ajaran yang dibawa Muhammad
kepadamu.”
Ketika membaca beberapa ayat
Al-Qur'an, Umar merasa kagum akan keindahannya. Tak berapa lama, ia langsung
berkata, “Tunjukkanlah kepadaku dimana Muhammad berada. Aku akan masuk Islam
saat ini juga.”
Betapa terharu dan leganya
Rasulullah SAW. mendengar hal tersebut. Allah SWT. Telah mengabulkan do’a
beliau. Do’a Rasulullah adalah agar salah satu dari dua Umar, Umar bin Hisyam
(Abu Jahal) atau Umar bin Khattab yang Allah pilih.
Salah satu kisah keagungan Umar bin
Khattab terjadi saat beliau menjadi khalifah.
Suatu malam, Umar sedang mengamati
langsung kondisi rakyatnya. Di sebuah rumah ia mendengar tangis anak-anak. Umar
mendengar sang ibu menenangkan anak-anaknya itu. Ia pun mendatangi rumah itu.
Saat berbincang dengan Umar, ibu itu menjelaskan bahwa ia sedang merebus batu
untuk menenangkan anak-anaknya yang kelaparan.
Mengetahui hal
itu, Umar bertanya kepada sang ibu, “Wahai, Ibu, mengapa kau tidak datang
kepada Umar bin Khattab, pemimpin umat ini, untuk meminta makanan?”
Ibu yang tidak
tahu bahwa yang bertanya adalah Umar bin Khattab, menjawab dengan kesal, “Sebagai
pemimpin umat, seharusnya dia tahu nasib rakyatnya.”
Umar sangat sedih mendengar jawaban
ibu itu. Ia merasa menjadi pemimpin yang tak memerhatikan rakyatnya. Seketika
itu juga, ia langsung pulang mengambil gandum untuk keluarga itu. Umar
memanggul sendiri gandum tersebut. Dan sesampai di rumah sang ibu, Umar merebus
sendiri gandum tersebut. Saat sudah matang, ia sendiri juga yang menyuapkan
gandum itu kepada anak-anak si ibu yang sedang kelaparan. Anak-anak itu pun
tersenyum setelah mendapat makanan dan puas bercanda dengan Umar.
Betapa selain berani dan tegas, Umar
juga memiliki hati yang lembut. Umar dikenal dengan julukan “Al-Faruq” (Pembeda
antara yang hak dan batil). []
3)
Utsman
bin Affan ra. (Penyusun Al-Qur’an yang Cerdas dan Lembut Hati)
Utsman bin Affan ra. Adalah oaring
yang rendah hati. Ia rajin mengaji Al-Qur’an dan shalat malam. Setiap tahun ia
menunaikan ibadah haji. Ia selalu menangis ketika mengingat kebesaran Allah
SWT.
Ketika kaum muslimin berada di
Madinah, mereka kesulitan air. Saat itu hanya ada sebuah sumur yang airnya
melimpah. Sumur itu milik seorang Yahudi. Bagi siapa saja yang membutuhkan air
tersebut, mereka harus membelinya. Dan rombongan kaum muslimin tersebut
diharapkan menjadi pembelinya. Sehingga orang Yahudi itu akan memperoleh
keuntungan berlipat ganda.
Kaum muslimin sangat membutuhkan air
tersebut. Rasulullah SAW. sangat berharap ada salah seorang sahabat yang mampu
membeli sumur itu. Agar beban kaum muslimin menjadi lebih ringan. Saat itu
mereka telah menderita karena harta mereka ditinggalkan di Mekkah.
Mengetahui kejadian itu, Utsman
pergi menemui orang Yahudi penjual air tersebut. Setengah sumur itu dibeli
Utsman seharga 12 ribu dirham untuk kebutuhan kaum muslimin. Dengan perjanjian,
satu hari air sumur itu digunakan kaum muslimin, dan satu hari kemudian
digunakan oleh orang Yahudi tersebut. Dilakukan secara bergantian.
Utsman cukup pandai dalam berdagang.
Setiap kaum muslimin mendapat giliran mengambil air. Mereka mengambilnya untuk
keperluan selama dua hari. Sehingga, saat giliran orang Yahudi itu akan menjual
air tersebut, tak ada orang yang membelinya.
Orang Yahudi tersebut pun merasa
rugi. Ia memutuskan menjual sisa setengah sumur itu kepada Utsman seharga 8
ribu dirham. Begitulah kedermawanan Utsman untuk kaum muslimin.
Kebaikan Utsman lainnya adalah
mengumpulkan lembaran-lembaran Al-Qur’an dan menjadikannya satu mushaf. Dari
kerja keras Utsman itulah, kita dapat dengan mudah membaca Al-Qur’an dan
mempelajarinya hingga saat ini. Karena alasan itu pula, Al-Qur’an yang kita
kenal sekarang ini diberi nama Mushaf Utsmani. []
4)
Ali
bin Abi Thalib ra. (Remaja Pertama yang Masuk Islam)
Siapakah remaja pertama yang masuk
Islam? Dia adalah Ali bin Abi Thalib ra. Saat masuk Islam usia Ali baru sepuluh
tahun. Ketika itu Ali heran melihat Rasulullah SAW. bersama Khadijah ra. Shalat
secara sembunyi-sembunyi. Untuk menjawab rasa heran Ali, Rasulullah SAW.
berkata kepada Ali:
“Ini adalah agama Allah. Aku
mengajakmu, agar kamu menyembah Allah yang Maha Esa. Zat yang tiada sekutu
bagi-Nya.”
Seketika Ali menjawab seruan
Rasulullah SAW., “Ini benar-benar belum pernah kudengar. Oleh karena itu,
aku akan membicarakan dan meminta persetujuan dari ayahku (Abu Thalib).”
Rasulullah SAW. terdiam memikirkan
jawaban Ali. Beliau belum ingin seruannya kepada Ali untuk masuk Islam itu
tersebar luas, “Kalau kamu tidak mau masuk Islam, kamu harus merahasiakan
masalah ini,” kata Rasulullah SAW.
Di rumah, Ali terus memikirkan
ajakan Rasulullah SAW. Ia tidak bisa tidur semalaman. Namun tanpa disangka,
Allah memberikan kekuatan hati dan hidayah kepada Ali. Keesokan harinya, Ali
langsung menghadap rasulullah SAW. untuk menyatakan ke-Islam-an-nya.
Semakin dewasa, keberanian Ali untuk
membela Islam semakin besar. Menjelang Rasulullah SAW. hijrah ke Madinah, rumah
Rasulullah SAW. dikepung oleh Abu Lahab dan beliau siap dibunuh.
Namun, dengan gagah berani, Ali berpura-pura menjadi Rasulullah.
Ali tidur diranjang Rasulullah demi mengelabui pasukan Abu Lahab.
Alhamdulillah, tindakan Ali dapat menyelamatkan Rasulullah. Rasulullah pun
hijrah ke Madinah dengan aman.
Dalam Perang Khandak, Ali juga
membuktikan keberaniannya. Ia sanggup mengalahkan Amru bin Wudd dan pasukan
berkudanya yang berjumlah ribu orang.
Di medan perang itu, Ali dengan
lantang menjawab tantangan berduel dengan Amru bin Wudd.
“Ayo! Siapa
yang siap berduel denganku?” teriak Amru bin Wudd.
“Aku mengajakmu
untuk ke jalan Allah, ke jalan Rasulullah dan kepada Islam,” seru Ali.
“Aku tidak memerlukan itu semua,” jawab Amru bin Wudd.
“Kalau begitu aku mengajakmu
bertempur.”
Perkelahian pun tak terhindarkan.
Amru bin Wudd menyerang dan menikam Ali dengan bengis. Ali menangkis sekuat
tenaga dan membalas menikam ke tubuh Amru. Hingga akhirnya Amru tersungkur.
Selain berani, Ali juga sangat
cerdas. Ia dikenal sebagai “pintu ilmu”. Dengan keluasan ilmunya, Ali mampu
menjawab berbagai pertanyaan tentang agama. []
5)
Thalhah
bin ‘Ubaidillah ra. (Burung elang dari Uhud)
Thalhah adalah seorang pemuda
Quraisy yang berprofesi sebagai pedagang. Meski masih muda, thalhah punya
kelebihan dalam strategi berdagang. Ia cerdik dan pintar, hingga dapat
mengalahkan pedagang-pedagang lain yang lebih tua. Suatu hari thalhah dan
rombongan dagangnya pergi ke syam. Di Bushra, Thalhah mengalami peristiwa
menarik yang mengubah garis hidupnya. Ia bertemu dengan seorang pendeta yang
amat baik. Sang pendeta mengingatkan kepadanya, agar ia masuk Islam bersama
Nabi Muhammad SAW.
Di Mekkah, Thalhah dapat bertemu
Rasulullah SAW. Di hadapan Rasulullah SAW., Thalhah menyatakan masuk Islam.
Saat perang Uhud, Thalhah termasuk
anggota pasukan. Ketika melihat Rasulullah SAW. terluka, ia menjadi perisai.
Melindungi Rasulullah dari berbagai sisi. Pedangnya menyerang setiap lawan yang
mendekat. Tangannya mencegah anak-anak panah yang diluncurkan untuk membunuh
rasulullah. Alhamdulillah, rasulullah SAW. selamat. Thalhah membawa Rasulullah
SAW. dan menjaganya sampai bukit.
Saat Abu Bakar
dan pasukan kaum muslimin menengok keadaan Thalhah, di sekujur tubuh thalhah
terdapat lebih dari tujuh puluh luka tusukan tombak, pedak, dan tancapan panah.
Selain itu, salah satu anak jari
Thalhah juga putus. Sejak peristiwa itu Rasulullah menjuluki thalhah sebagai “Burung
Elang dari Uhud”.
Thalhah juga termasuk sahabat
Rasulullah yang kaya dan dermawan. Semua hartanya disedekahkan untuk perjuangan
umat Islam. Rasulullah SAW. memberi gelar “Thalhah si Baik Hati”.
Pada suatu hari, istri Thalhah,
Su’da bin Auf, melihat suaminya sedang murung.
“Kenapa kau sedih, suamiku,” Tanya istri Thalhah.
“Banyak sekali uang yang kupegang.
Uang ini membuatku pusing. Apa yang harus kulakukan?” tanya Thalhah.
“Bagikanlah
seluruh uang yang kau miliki itu kepada fakir miskin, suamiku.”
Thalhah
langsung membagi-bagikan seluruh uangnya itu kepada fakir miskin. Kini, tak ada lagi sepeser pun uang
yang dimilikinya.
Begitulah kehidupan Thalhah bin
’Ubaidillah. Ia berkorban dengan seluruh jiwa dan hartanya untuk kemuliaan
Islam. []
6)
Zubair
bin Awwam ra. (Pedagang yang Cerdik)
Di usia lima belas tahun, Zubair
masuk Islam. Rasulullah SAW. mempersaudarakannya dengan Thalhah. Beliau pernah
berkata, “Thalhah dan Zubair adalah tetanggaku di surga.”
Bagi rasulullah SAW., Zubair adalah
pengikut yang setia. Selama hidupnya, ia tidak pernah tertinggal ikut perang
bersama Rasulullah SAW. Bila diserukan untuk berperang melawan orang-orang
kafir dan musyrik, Zubair-lah yang pertama menyambut seruan itu.
Suatu hari beredar isu bahwa
Rasulullah SAW. ditangkap oleh orang Quraisy, bahkan beliau diberitakan telah
syahid. Zubair yang sedang berada di rumah untuk beristirahat, segera bangkit
dan keluar rumah dengan membawa pedang. Kala itu ia berusia 16 tahun. Zubair
mendatangi rumah rasulullah SAW. dengan wajah marah. Ternyata isu itu tidak
benar, karena Rasulullah SAW. tengah berada di rumahnya tanpa kurang satu apa
pun. Melihat Zubair, rasul pun bertanya mengapa ia membawa pedang. Dengan
gembira, Zubair berucap bahwa ia bersyukur dan sangat gembira melihat Rasulullah
SAW. dalam keadaan baik-baik saja.
Dalam berbagai peperangan, Zubair
sering dipercaya rasulullah SAW. untuk menjadi pemimpin pasukan. Karena
kecerdikannya, pasukan muslim dapat memenangkan hampir setiap peperangan. Dengan jumlah
pasukan tujuh puluh ribu orang, bersama Abu Bakar ra., Zubair mengalahkan musuh
di Perang Uhud. Begitu juga saat perang Hunain. Meskipun sempat kalah, Zubair
mampu membuat musuh lari tunggang-langgang.
Rasulullah SAW. dan kaum muslimin
mengenal Zubair bin Awwam sebagai pemuda yang pandai berdagang, setia, ikhlas,
jujur, kuat, berani, dan dermawan. Diantara sahabat Rasulullah, Zubair termasuk
sahabat yang paling kaya, selain Utsman bin Affan. Meski begitu, kekayaannya
lebih banyak di infakkan untuk dakwah Islam.
Karena kedermawanannya, saat wafat Zubair masih menanggung utang. Wasiat Zubair
kepada anaknya, Abdullah, bukanlah harta berlimpah-ruah, melainkan utang-utang
yang harus dilunasi. []
7)
Abdurrahman
bin Auf ra. (Dermawan yang Ikhlas Berjuang)
Abdurrahman bin Auf masuk Islam melalui sahabatnya, Abu Bakar
Ash-Shiddiq ra. Ia sangat mudah dikenali. Bila berbicara ucapannya terdengar
tidak jelas. Bila
tertawa lebar, giginya terlihat ompong. Dan kakinya pincang. Semua cacat itu
ikhlas diterimanya. Abdurrahman mendapat cacat tersebut saat Perang Uhud. Dalam
sebuah riwayat dikatakan, Abdurrahman mendapat 21 luka.
Saat tingal di
Madinah bersama kaum Anshar, Abdurrahman dipersaudarakan dengan Sa’ad bin
Arrabil Alausari, seorang sahabat yang kaya raya.
“Aku akan
memberikan setengah dari hartaku untukmu,” kata Sa’ad, “Dan
aku akan carikan istri untukmu.”
Namun diluar dugaan, Abdurrahman
justru menolaknya. Ia ingin hidup dari hasil kerja kerasnya sendiri. Ia tidak
ingin membebani orang lain.
“Semoga Allah membahagiakan
keluargamu dan menjaga hartamu. Tunjukkan saja dimana pasar agar aku dapat
berdagang,”
jawab Abdurrahman.
“Oh, baiklah, disana ada pasar Bani
Qainuqaa,” kata Sa’ad
memberitahu letak pasar terdekat.
Di pasar itu Abdurrahman berdagang
keju dan minyak samin. Ia pedagang yang jujur, cerdas, dan ulet. Tak perlu
waktu lama, Abdurrahman sudah mendapat keuntungan yang cukup besar. Syukurlah,
Abdurrahman orang yang pandai berhemat. Sebagian uang keuntungannya itu ia
tabung.
Abdurrahman sukses berdagang. Ia
menjadi kaya raya. Kuncinya adalah sikapnya yang selalu meneladani perilaku
Rasulullah SAW.
Setelah tahu
Abdurrahman kaya raya, Nabi SAW. berkata, “Hai Abdurrahman bin Auf, kamu
sekarang menjadi orang kaya dan akan masuk surga dengan merangkak. Sedekahkanlah hartamu kepada Allah
agar kamu dapat berjalan lancar.” (HR.Al-Hakim)
Pesan Nabi SAW. tersebut amat
menyentuh hatinya. Sejak itu, Abdurrahman pun banyak bersedekah. Hingga Allah
melipatgandakan kekayaannya. []
8)
Sa’ad
bin Abi Waqqash ra. (Orang yang Teguh Pendiriannya)
Pada Usia 17 tahun, Sa’ad telah
memeluk agama Islam. Saat itu ibu Sa’ad sangat menentangnya. Ibu Sa’ad berusaha
keras membatalkan Sa’ad menjadi seorang muslim.
“Kamu pernah mengatakan bahwa Allah
berpesan kepadamu agar kamu patuh kepada ibu dan bapakmu. Aku ini ibumu. Aku
menyuruhmu keluar dari Islam, tapi kamu tidak mematuhinya,” seru ibu Sa’ad.
Sa’ad sama sekali tidak menghiraukan
seruan ibunya itu. Ia tetap berpegang teguh pada Islam. Ibu Sa’ad tidak
menyerah. Ia mogok berbicara serta mogok makan dan minum. Cukup lama ibu Sa’ad
melakukan aksi mogok itu. Sampai ia jatuh pingsan dengan kondisi tubuh yang
mengkhawatirkan.
Melihat kondisi kesehatan ibu Sa’ad
yang mengkhawatirkan tersebut, salah seorang saudaranya segera mengabarkannya
kepada Sa’ad. Harapannya, hati Sa’ad akan luluh dan kembali kepada agama
leluhurnya.
Namun, tak disangka, Sa’ad justru
berkata, “Wahai, ibuku! Demi Allah, jika ibu mempunyai seratus nyawa dan
nyawa itu hilang satu demi satu aku tidak akan meninggalkan Islam karena ibu.”
Setelah yakin akan keteguhan hati
putranya itu, ibu Sa’ad akhirnya membatalkan puasanya. Ia diberi minum oleh
anaknya, Ammarah.
Sa’ad termasuk ksatria berkuda kaum muslimin yang
paling berani. Ia mempunyai dua macam senjata yang amat ampuh, yaitu panah dan
do’a. panahnya selalu tepat mengenai sasarannya. Setiap do’anya pastilah Allah
kabulkan.
Mengapa demikian? Menurut Sa’ad dan
para sahabatnya, hal ini karena do’a rasulullah SAW. yang di khususkan untuk
Sa’ad. Rasulullah pernah berdo’a, “Ya Allah, tepatkanlah bidikan panahnya
dan kabulkanlah do’anya.”
Pada suatu
hari, ketika Rasulullah sedang duduk-duduk bersama para sahabat, tiba-tiba
beliau memandang seorang sahabat sambil berkata, “Sekarang akan muncul
dihadapan kalian seorang laki-laki penduduk surga.”
Seketika para sahabat menyebarkan
pandangannya. Mencari orang yang telah mendapat anugerah surga tersebut. Dan
Sa’ad-lah orang tersebut.
Seorang
sahabat, Abdullah bin Amr, ingin tahu rahasia ibadah dan amalan Sa’ad, yang
membuatnya dijamin masuk surga.
“Aku tak
beribadah lebih baik dari kalian semua, hanya saja aku tak pernah menaruh
dendam atau niat jahat terhadap seorang pun diantara kaum muslimin,” jawab Sa’ad. []
9)
Said
bin Zaid ra. (Pendamping Setia Rasulullah yang Sederhana)
Said termasuk orang yang pertama
masuk Islam. Bersama
istrinya, Fatimah bin Khattab, Said masuk Islam saat usianya belum 20 tahun.
Selama hidupnya, Said setia
mendampingi Rasulullah SAW., baik pada saat damai maupun saat peperangan. Said
bukan orang yang mudah terpukau dengan jabatan. Suatu ketika, ia ditawarkan
menjadi gubernur Damaskus. Namun dengan tegas ia menolak. Ia beritahukan
penolakan itu melalui sebuah surat kepada panglima pasukan Abu ‘Ubaidah Ibnul
Jarrah.
Said memang lebih mencintai
kesederhanaan dan lebih senang bersama orang-orang yang lemah dan miskin.
Rumah Said selalu terbuka bagi siapa
pun. Orang-orang lemah dan miskin senantiasa berkumpul dirumahnya. Di rumah
Said, mereka merasa aman, tentram, dan senantiasa memperoleh makanan dan
minuman. Said juga kerap membela orang-orang yang teraniaya.
Saat usianya mencapai tujuh puluh
tahun, Said semakin giat mendekatkan diri kepada Allah SWT. Waktunya lebih
banyak dihabiskan di dalam masjid. Dan karena sikap rendah hati dan
kebaikannya, penduduk kota Madinah sangat menghormati dan mencintai Said bin
Zaid sampai akhir hidupnya. []
10) Abu ‘Ubaidah bin Jarrah ra. (Orang
yang Paling Dipercaya)
Abu ‘Ubaidah adalah salah satu
sahabat yang sangat dibanggakan Rasulullah SAW. Ia dapat dipercaya dan
bertanggung jawab.
Begitu
dipercayanya Abu ‘Ubaidah, hingga Umar bin Khattab saat menjelang kematiannya
pernah berkata: “Seandainya Abu ‘Ubaidah bin Jarrah masih hidup, tentulah ia
diantara orang-orang yang akan aku angkat sebagai penggantiku. Dan jika Tuhanku
menanyakan hal ini tentulah akan aku jawab: “Aku angkat kepercayaan Allah dan
kepercayaan Rasul-Nya….”
Rasulullah SAW.
Juga pernah memegang tangan kanan Abu ‘Ubaidah sambil berkata: “Sesungguhnya
setiap umat mempunyai orang kepercayaan, dan sesungguhnya kepercayaan umat ini
adalah Abu ‘Ubaidah bin Jarrah.”
Suatu hari, seorang penduduk Najran
mendatangi Rasulullah SAW. Mereka meminta agar dikirimkan seorang guru yang
dapat mengajarkan mereka tentang Islam.
Seketika, rasulullah langsung
menjawab keinginan mereka itu, “Baiklah, Tuan-tuan. Besok akan saya kirim
seseorang yang benar-benar terpercaya.”
Mendengar ucapan itu, para sahabat
yang hadir langsung bertanya-tanya. Siapakah orang yang terpercaya dan terpilih
sebagai utusan itu.
Saat shalat dzuhur tiba, rasulullah
menjadi imamnya. Selesai shalat, rasulullah yang sedang duduk berdzikir di
dekat mimbar, langsung membalikkan badannya. Rasulullah SAW. memandangi
jama’ah. Mencari seseorang. Pandangannya berhenti kepada Abu ‘Ubaidah. Ya,
Rasulullah SAW. memilih Abu ‘Ubaidah sebagai orang yang terpercaya untuk
penduduk Najran.
Abu ‘Ubaidah sangat bangga dan
bahagia dipercaya oleh Rasulullah SAW. Abu ‘Ubaidah berangkat bersama
orang-orang Najran tersebut.
“Berangkatlah bersama utusan Najran
itu. Apabila terjadi perselisihan diantara mereka, selesaikanlah dengan adil,” pesan Rasulullah SAW. kepada Abu
‘Ubaidah.
Abu ‘Ubaidah benar-benar sanggup
melaksanakan tugas itu. Ia menyelesaikannya sesuai harapan Rasulullah SAW.
Hingga wafatnya, seluruh sahabat sangat memercayai dan meneladani Abu ‘Ubaidah
bin Jarrah. []
Sumber : Ratno Fadillah, 2009. 10
Ksatria Surga, PT. Lingkar Pena Kreativa-Jakarta Selatan.
Subhananallah setidaknya kita harus mengikuti jejak para sahabat yang sukses dunia akhirat
BalasHapussyukron katsiron
BalasHapusSubhanallah.
BalasHapussyukron katsiron
BalasHapus